Terdapat banyak metode hisab (sistem hisab) untuk menentukan posisi
bulan, matahari dan benda langit lain dalam ilmu Falak. Sistem hisab
ini dibedakan berdasarkan metode yang digunakan berkaitan dengan tingkat
ketelitian atau hasil perhitungan yang dihasilkan.
c. Hisab Haqiqi ( haqiqah = realitas atau yang sebenarnya ) menggunakan kaidah-kaidah astronomis dan matematik menggunakan rumus-rumus terbaru dilengkapi dengan data-data astronomis terbaru sehingga memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. Sedikit kelemahan dari sistem hisab ini adalah penggunaan kalkulator yang mengakibatkan hasil hisab kurang sempurna atau teliti karena banyak bilangan yang terpotong akibat digit kalkulator yang terbatas. Beberapa sistem hisab haqiqi yang berkembang di Indonesia diantaranya: Hisab Hakiki, Tadzkirah al Ikhwan, Badi’ah al Mitsal dan Menara Kudus, Al Manahij al Hamidiyah, Al Khushah al Wafiyah, dsb.
d. Hisab Haqiqi Tahqiqi ( tahqiq = pasti ) sebenarnya merupakan pengembangan dari sistem hisab haqiqi yang diklaim oleh penyusunnya memiliki tingkat akurasi yang sangat-sangat tinggi sehingga mencapai derajat “pasti”. Klaim seperti ini sebenarnya tidak berdasar karena tingkat “pasti” itu tentunya harus bisa dibuktikan secara ilmiah menggunakan kaidah-kaidah ilmiah juga. Namun sejauh mana hasil hisab tersebut telah dapat dibuktikan secara ilmiah sehingga mendapat julukan “pasti” ini yang menjadi pertanyaan. Sedangkan perhitungan astronomis modern saja hingga kini masih menggunakan angka ralat (delta T) dalam setiap rumusnya. Namun demikian hal ini merupakan kemajuan bagi perkembangan sistem hisab di Indonesia. Sebab sistem hisab ini ternyata sudah melakukan perhitungan menggunakan komputer serta beberapa diantaranya sudah dibuat dalam bentuk software/program komputer yang siap pakai. Beberapa diantara sistem hisab tersebut misalnya : Al Falakiyah, Nurul Anwar,
e. Hisab Kontemporer / Modern
Sistem hisab ini yang menggunakan alat bantu komputer yang canggih menggunakan rumus-rumus yang dikenal dengan istilah algoritma. Beberapa diantaranya terkenal terkenal karena memiliki tingkat keterlitian yang tinggi sehingga dikelompokkan dalam High Accuracy Algorithm diantara : Jean Meeus, VSOP87, ELP2000 Chapront-Touse, dsb. dengan tingkat ketelitian yang tinggi dan sangat akurat seperti Jean Meeus, New Comb, EW Brown, Almanac Nautica, Astronomical Almanac, Mawaqit, Ascript, Astro Info, Starrynight dan banyak software-software falak yang lain.
Para pakar falak dan astronomi selalu berusaha menyempurnakan rumus-rumus untuk menghitung posisi benda-benda langit hingga pada tingkat ketelitian yang ‘pasti /qat’i ”. Hal ini tentunya hanya bisa dibuktikan dan diuji saat terjadinya peristiwa-peristiwa astronomis seperti terbit matahari, terbenam matahari, terbit bulan, terbenam bulan, gerhana matahari, gerhana bulan, kenampakan planet dan komet, posisi bintang dan peristiwa astronomis yang lain.
a. Hisab Urfi (`urf = kebiasaan atau
tradisi) adalah hisab yang melandasi perhitungannya dengan kaidah-kaidah
sederhana. Pada sistem hisab ini perhitungan bulan komariyah ditentukan
berdasarkan umur rata-rata bulan sehingga dalam setahun komariyah umur
dibuat bervariasi 29 dan 30 hari. Bulan bernomor ganjil yaitu mulai
Muharram berjumlah 30 hari dan bulan bernomor genap yaitu mulai Shafar
berumur 29 hari. Tetapi khusus bulan Zulhijjah (bulan 12) pada tahun
kabisat komariyah berumur 30 hari. Tahun kabisat komariyah memiliki
siklus 30 tahun dimana didalamnya terdapat 11 tahun yang disebut tahun
kabisat (panjang) memiliki 355 hari, dan 19 tahun yang disebut basithah
(pendek) memiliki 354 hari. Tahun kabisat ini terdapat pada tahun ke 2,
5, 7, 10, 13, 16, 18, 21, 24, 26 dan ke 29 dari keseluruhan siklus
kabisat selama 30 tahun. Dengan demikian kalau dirata-rata maka periode
umur bulan (bulan sinodis / lunasi) menurut Hisab Urfi adalah (11 x 355
hari) + (19 x 354 hari) : (12 x 30 tahun) = 29 hari 12 jam 44 menit (
menurut hitungan astronomis: 29 hari 12 jam 44 menit 2,88 detik ). Walau
terlihat sudah cukup teliti namun yang jadi masalah adalah aturan 29
dan 30 serta aturan kabisat tidak menujukkan posisi bulan yang
sebenarnya dan hanya pendekatan. Oleh sebab itulah maka hisab ini tidak
bisa dijadikan acuan untuk penentuan awal bulan yang berkaitan dengan
ibadah misalnya Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah.
b. Hisab Taqribi ( taqrobu = pendekatan, aproksimasi ) adalah sistem
hisab yang sudah menggunakan kaidah-kaidah astronomis dan matematik
namun masih menggunakan rumus-rumus sederhana sehingga hasilnya kurang
teliti. Sistem hisab ini merupakan warisan para ilmuwan falak Islam masa
lalu dan hingga sekarang masih menjadi acuan hisab di banyak pesantren
di Indonesia. hasil hisab taqribi akan sangat mudah dikenali saat
penentuan ijtimak dan tinggi hilal menjelang 1 Ramadhan, Syawwal dan
Zulhijjah yaitu terlihatnya selisih yang cukup besar terhadap hitungan
astronomis modern. Beberapa kitab falak yang berkembang di Indonesia
yang masuk dalam kategori Hisab Taqribi misalnya; Sullam al Nayyirain,
Ittifaq Dzatil Bainy, Fat al Rauf al Manan, Al Qawaid al Falakiyah dsbc. Hisab Haqiqi ( haqiqah = realitas atau yang sebenarnya ) menggunakan kaidah-kaidah astronomis dan matematik menggunakan rumus-rumus terbaru dilengkapi dengan data-data astronomis terbaru sehingga memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. Sedikit kelemahan dari sistem hisab ini adalah penggunaan kalkulator yang mengakibatkan hasil hisab kurang sempurna atau teliti karena banyak bilangan yang terpotong akibat digit kalkulator yang terbatas. Beberapa sistem hisab haqiqi yang berkembang di Indonesia diantaranya: Hisab Hakiki, Tadzkirah al Ikhwan, Badi’ah al Mitsal dan Menara Kudus, Al Manahij al Hamidiyah, Al Khushah al Wafiyah, dsb.
d. Hisab Haqiqi Tahqiqi ( tahqiq = pasti ) sebenarnya merupakan pengembangan dari sistem hisab haqiqi yang diklaim oleh penyusunnya memiliki tingkat akurasi yang sangat-sangat tinggi sehingga mencapai derajat “pasti”. Klaim seperti ini sebenarnya tidak berdasar karena tingkat “pasti” itu tentunya harus bisa dibuktikan secara ilmiah menggunakan kaidah-kaidah ilmiah juga. Namun sejauh mana hasil hisab tersebut telah dapat dibuktikan secara ilmiah sehingga mendapat julukan “pasti” ini yang menjadi pertanyaan. Sedangkan perhitungan astronomis modern saja hingga kini masih menggunakan angka ralat (delta T) dalam setiap rumusnya. Namun demikian hal ini merupakan kemajuan bagi perkembangan sistem hisab di Indonesia. Sebab sistem hisab ini ternyata sudah melakukan perhitungan menggunakan komputer serta beberapa diantaranya sudah dibuat dalam bentuk software/program komputer yang siap pakai. Beberapa diantara sistem hisab tersebut misalnya : Al Falakiyah, Nurul Anwar,
e. Hisab Kontemporer / Modern
Sistem hisab ini yang menggunakan alat bantu komputer yang canggih menggunakan rumus-rumus yang dikenal dengan istilah algoritma. Beberapa diantaranya terkenal terkenal karena memiliki tingkat keterlitian yang tinggi sehingga dikelompokkan dalam High Accuracy Algorithm diantara : Jean Meeus, VSOP87, ELP2000 Chapront-Touse, dsb. dengan tingkat ketelitian yang tinggi dan sangat akurat seperti Jean Meeus, New Comb, EW Brown, Almanac Nautica, Astronomical Almanac, Mawaqit, Ascript, Astro Info, Starrynight dan banyak software-software falak yang lain.
Para pakar falak dan astronomi selalu berusaha menyempurnakan rumus-rumus untuk menghitung posisi benda-benda langit hingga pada tingkat ketelitian yang ‘pasti /qat’i ”. Hal ini tentunya hanya bisa dibuktikan dan diuji saat terjadinya peristiwa-peristiwa astronomis seperti terbit matahari, terbenam matahari, terbit bulan, terbenam bulan, gerhana matahari, gerhana bulan, kenampakan planet dan komet, posisi bintang dan peristiwa astronomis yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar